2 PROGRAM BKP KEMENTAN INI SIAP HAPUS GIZI BURUK DI INDONESIA

© http://www.rmol.co/ – 23 Maret 2018

Ketimpangan sosial dan kemiskinan dinilai jadi penyebab timbulnya persoalan rawan pangan dibeberapa daerah di Tanah Air. Akibatnya banyak anak – anak terkena Stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga tubuh anak terlalu pendek untuk usianya.

“Populasi anak usia kurang dari dua tahun yang terkena stunting berada di angka 28,8 persen di tahun 2018 ini. Angka tersebut turun 1 persen dibandingkan tahun 2017 lalu yakni 29,6 persen,” ujar Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Agung Hendriadi saat ditemui Kantor Berita Politik RMOL di ruang kerjanya, Kamis (22/3).

Untuk mengurangi dampak gizi buruk tersebut, Agung mengaku telah menyiapkan sejumlah program. Diantaranya dengan mendirikan Kawasan Mandiri Pangan. Program ini ditujukan untuk memberdayakan masyarakat miskin menjadi kaum mandiri secara ekonomi dan sosial.

“Tahun 2018 ada 78 desa pembinaan yang sudah dibangun di seluruh Indonesia. Sementara itu 20 desa lain sedang salam proses pengerjaan,” bebernya.

Selain itu, lanjut Agung, pemerintah juga mendirikan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di desa-desa terpencil dan sulit dijangkau oleh moda transportasi. Tahun 2018 ini disebutkan 2.300 kelompok sudah terbentuk.

Setiap kelompok KRPL beranggotakan minimal 30 rumah tangga. Mereka diberi pendidikan, pendampingan serta area pengembangan bersama. Komponen kegiatan ini fokus pada pembangunan kebun bibit desa, pengembangan lahan pekarangan, pengembangan lahan sekolah dan pengolahan hasil pekarangan.

Kata Agung, program ini fokus mengajari para anggota KRPL menyiapkan bahan kebutuhan dapur dengan memanfaatkan pekarangan rumah. Tak hanya itu, warga miskin juga didorong mengkonsumsi makanan organik yang mereka hasilkan sendiri. Sebagaimana kita ketahui bahwa tren mengkonsumsi makanan organik sangat tinggi di kalangan masyarakat menengah keatas.

“Program ini mengajari masyarakat bagaimana cara menghasilkan bahan konsumsi rumah tangga secara mandiri dan sehat. Mereka bahkan menghasilkan bahan pangan organik yang bernilai jual tinggi dan tentu sehat untuk mereka konsumsi sehari-hari,” jelas Agung. [wid]